Karakter Building
A.
penertian karakter Building
Pertama-tama
saya akan membahas mengenai karakter building. Sebelum itu saya akan membahas
mengenai apa yang dimaksud dengan karakter building?
Pengertian
Charakter Building dalam segi bahasa, Charakter Building atau membangun
karakter terdiri dari 2 suku kata yaitu membangun (to build) dan karakter
(character) artinya membangun yang mempunyai sifat memperbaiki, membina,
mendirikan. Sedangkan karakter adalah tabiat, watak, aklak atau budi pekerti
yang membedakan seserang dari yang lain. Dalam konteks pendidikan (Modul Diklat
LAN RI) pengertian Membangun Karekter (character building) adalah suatu proses
atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat,
watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat)
sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa karakter merupakan sesuatu mendasar dan bersifat abstrak yang ada dalam
diri seseorang yang mempengaruhi sikap, tindakan, dan cara berfikir sehari-hari.
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi
tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan
kata lain, keduanya dapat
disebut
dengan kebiasaan.
B. Metode pembentukan
karakter
Metode pembentukan karakter berkaitan langsung
dengan tahapan perkembangannya. Tahapan tersebut meliputi dalam tiga tahapan
yaitu:
1. Tahapan karakter lahiriyah (karakter anak-anak),
Pada tahapan lahiriyah metode yang digunakan adalah pengarahan,
pembiasaan, keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman)
serta indoktrinasi.
2. Tahapan karakter berkesadaran (karakter remaja),
tahapan perilaku berkesadaran, metode yang digunakan adalah penanaman nilai
melalui dialog yang bertujuan meyakinkan, pembimbingan bukan instruksi dan
pelibatan bukan pemaksaan.
3. Tahapan kontrol internal atas karakter (karakter
dewasa), tahapan kontrol internal atas karakter maka metoda yang
diterapkan adalah perumusan visi dan misi hidup pribadi, serta penguatan
akan tanggungjawab langsung kepada Allah. Tahapan diatas lebih
didasarkan pada sifat daripada umur.
C. Proses Pembentukan Karakter
Karakter terbentuk setelah mengikuti proses sebagai
berikut :
Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai
sumber, mungkin agama, ideology, pendidikan, temuan sendiri atau lainnya.
Nilai membentuk pola fikir seseorang yang secara
keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visinya.
Visi turun ke wilayah hati membentuk suasana jiwa
yang secara keseluruhan membentuk mentalitas.
Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan
tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap.
Sikap-sikap yang dominan dalam diri seseorang yang
secara keseluruhan mencitrai dirinya adalah apa yang disebut sebagai kepribadian
atau karakter.
hal
yang harus dipertahikan dalam membentuk karakter
1. Sopan santun
Sopan santun atau etiket adalah akhlak yang bersifat
lahir. Ukuran sopan santun terletak pada cara pandang suatu masyarakat. Oleh
karena itu cara pandang sopan-santun dan sikap suatu daerah mungkin berbeda
dengan cara pandang masyarakat yang lain. Sopan santun diperlukan ketika
seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dengan penekanan utama pertama
kepada orang yang lebih tua atau guru atau atasan, kedua kepada orang yang lebih
muda, anah buah, anak, murid, bawahan dan sebagainya, ketiga kepada orang yang
setingkat atau sebaya, seusia atau setingkat status social.
Disamping itu sopan santun juga berlaku ketika
berkomunikasi dengan kawan atau lawan. Komunikasi dengan lawan memerlukan
kekuatan diplomatis yang lebih kuat dibandingkan dengan perilaku kasar. Kesopanan
bisa menambat hati lawan, sebaliknya kekerasan akan menimbulkan dendam.
2. Kebersihan, kerapian dan ketertiban
Pengetahuan tentang hubungan kebersihan dengan
lingkungan dibentuk melalui proses pendidikan, tetapi kepekaan terhadap
kebersihan dibangun melalui proses pembiasaan sejak kecil. Konsisitensi orang
tua terhadap keharusan anak untuk cuci tangan sebelum makan, cuci kaki sebelum
tidur, mandi dan gosok gigi secara tertur, menyapu lantai dan halaman rumah,
buang sampah di tempat sampah. menempatkan sepatu ditempatnya, merapikan baju
dan buku dikamarnya. Merapikan tempat tidur setiap bangun tidur, adalah merupakan
pekerjaan membiasakan anak pada hidup bersih hingga kedasaran akan kebersihan
itu menjadi bagian dari
kepribadiannya.
3.
Kejujuran
Kejujuran merupakan sifat terpuji. ciri orang jujur
adalah tidak suka bohong, meski demikian jujur yang berkonotasi positif berbeda
dengan jujur dalam arti lugu dan polos. Dalam sifat amanah mengandung arti
cerdas, yakni kejujuran yang disampaikan dengan bertanggung jawab. Jujur bukan
berarti mengatakan semua yang diketahui apa adanya, tetapi mengatakan apa yang
diketahui sepanjang mengandung kebaikan dan tidak menyebutnya jika diperkirakan
memabawa akibat buruk bagi dirinya dan orang lain.
4.
Disiplin.
Tingkah laku disiplin dilakukan karena mengikuti
suatu komitmen. Disiplin bisa berhubungan dengan kejujuran, bisa juga tidak.
Kejujuran juga diwariskan oleh genetika orang tuannya, terutama ketika anak
masih dalam kandungan, secara psikologis dapat menetas pada anaknya. Keharmonisan
orang tua didalam rumah akan sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan
kepribadian anak-anak pada umur perkembangannya. Ketika anak masih kecil,
pantang orang tua bebohong kepada anaknya, karena kebohongan yang diarasakan
oleh anak akan menimbulkan kegelisahan serta merusak tatanan psikologi seorang
anak.
Pada usia mahasiswa, kejujuran dan kedisiplinan
dinisyakan melalui pemberian kepercayaan dalam berbagai tanggungjawab.kepada
mereka sudah ditekankan komitmen dan substansi, sementara prosedur dan teknik
mungkin harus sudah diserahkan kepada seni dan kreatifitas mereka.
Pada orang dewasa yang sudah bekerja, kejujuran dan
kedisiplinan diterapkan melalui pelaksanaan sistem dimana peluang untuk berbuat
tidak jujur dipersempit. Misalnya dengan pengawasan yang transparan. Betapapun
orang jujur dapat berubah menjadi tidak jujur menakala peluang tidak jujur dan
tidak disiplin terbuka tanpa pengawasan .
‘
‘
5.
Tanggung jawab
Memiliki rasa tanggung jawab adalah salah satu indikator
penerapan soft skills dalam kehidupan sehari-hari, baik bertanggung jawab atas
diri sendiri maupun bertanggung jawab atas orang lain. Soft skill itu sendiri
merupakan keterampilan hidup untuk menjadi pribadi yang hangat dan lembut.Soft
skill mencakup keterampilan pribadi, sosial, komunikasi dan prilaku manajemen
diri (Klaus, 2007).
Dengan adanya rasa tanggung jawab yang tinggi dalam diri
setiap individu, memungkinkan semua orang nantinya pasti mempunyai karater yang
kuat (menjadi berkarakter), sebab tanggung jawab itu sendiri adalah salah saatu
contoh dari pribadi yang berkarakter
Sumber :
-
Klaus, Peggy. (2007).
The Hard Trust about Soft Skills. New
York: Harpercollins.