Minggu, 26 November 2017

Tulisan Softskill Ekonomi Koprasi

Koperasi Pertanian China - All China Federation of Supply and Marketing Cooperatives (ACFSMC)

Dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat di dunia, China diprediksi bakal menjadi negara adidaya ekonomi dunia di masa depan. Koperasi pertanian ternyata memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian itu.
Dalam konstelasi ekonomi du­nia dewasa ini, China tampil sebagai kekuatan yang mecengangkan. Negeri Tirai Bambu ini melaju dengan pertumbuhan rata-rata 10 persen, tercepat dibandingkan negara maju manapun. Berbagai produk made in China, bukan cuma menggelontori pasar negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga membanjiri hampir semua nega­ra maju. Dengan surplus perdagang­an internasionalnya, China mampu menghimpun cadangan devisa paling gemuk di dunia.
Perkembangan ekonomi China itu, memang merupakan buah reformasi yang dilakukan secara konsisten. Namun, kunci masuknya tetap saja sektor pertanian. Sebagai negara berpenduduk 1,3 miliar, masalah menda­sar yang harus diamankan dulu oleh China, sudah pasti pemenuhan kebutuhan pangan penduduknya.
Karena itu, sektor pertanian mendapat sentuhan pertama dari proses reformasi ekonomi China. Hasilnya, pada era 70-an sektor ini sudah mampu menciptakan swasembada pangan. Dengan sektor pertanian yang tangguh, China pun mulai mengembangkan industri manufaktur, yang menghasilkan berbagai produk. Namun begitu, perhatian terhadap sektor pertanian, tidak pernah dikendurkan, kendati dengan lahan yang makin menyempit. Dari luas wilayah mencapai 9,6 juta km2, tinggal 1,27 juta km2 yang tersisa untuk pertanian.
Sukses pertanian China, tidak lepas dari kawalan koperasi, yang sudah men­-
jadi bagian dari kehidupan petani sejak lebih dari 80 tahun lalu. Nama koperasi petani China cukup unik, yang dipopu­lerkan dalam bahasa Inggris dengan Supply and Marketing Cooperative (SMC). Sesuai dengan namanya, koperasi berperan penting dalam melakukan pengadaan untuk semua kebutuhan usaha tani seperti bibit, pupuk, peralatan dan lainnya, serta pemasaran komoditi pertanian yang dihasilkan.
Kegiatan pengadaan dan pemasaran tersebut bisa dilakukan secara sangat efisien, karena SMC sudah membentuk jaringan yang sangat luas dan solid. Di level nasional, koperasi petani tersebut mempunyai sekunder bernama All-China Federation of Supply and Marketing Cooperatives (ACFSMC). Secara keseluruhan, ACFSMC menghimpun 22.537 SMC, dengan anggota perorangan men­capai 160 juta petani. Jaringan ini, ter­sebar di 31 provinsi, 336 prefecture dan 2.370 country federation.
Dengan memanfaatkan jaringannya, saat ini ACFSMC menguasai lebih dari 60 persen perdagangan pupuk dan pestisida di China. Untuk memaksimalkan jaringan, koperasi ini kemudian melebarkan sayap bisnisnya hingga merambah ke bidang ritel, mulai dari tingkat grosir sampai eceran. Tercatat ada 1.504 toko grosir dan 89 ribu outlet milik koperasi, yang mendukung bisnis yang berkibar dengan bendera Suguo Supermarket Co. Ltd, ini.
Tidak berhenti sampai di sini, ACFSMC kemudian mengalokasikan surplus dari bisnis pertanian dan ritel, de­ngan melakukan ekspansi lebih luas lagi. Industri manufaktur, tektil, perhotelan, pendidikan sampai restoran, menjadi rambahan bidang bisnis selanjutnya, yang membikin kinerja bisnis makin berotot.
Khusus untuk pemasaran komoditi pertanian, sasarannya tidak lagi sebatas seluruh daratan China, tetapi juga ke sentero dunia. Dengan efisiensi yang diciptakan oleh jaringan koperasi hingga ke tingkat petani, beberapa komoditi pertanian China mengalami surplus, hingga secara ekspansif menyerbu pasar ekspor dan sempat membuat sektor pertanian negara lain termasuk raksasa Amerika Serikat, keteteran menghadapinya.
Selain mengekspor, ACFSMC juga melakukan impor berbagai produk yang dibutuhkan di China. Sebagai gambaran, pada 2005 volume ekspor yang dicetak mencapai 3 miliar dolar AS, sedangkam impor 2 miliar dolar AS.
Pencapaian gemilang yang digapai jaringan koperasi petani China, memang tidak lepas dari peran pemerintah yang sangat kuat. Sebagai negara yang menganut sistem komunis, Peme­rintah China mengandalkan koperasi untuk menjadi wadah untuk memobi­lisasi petani dalam menjalankan usaha taninya.
Namun, peran para pengelola kope­rasi juga tidak bisa diabaikan. Mere­ka mampu memaksimalkan berbagai dukungan pemerintah, untuk memper­kuat basis bisnis koperasi, bukan malah makin tergantung. Dengan begitu, ke­tika ekonomi China membuka diri sebagai tuntutan globalisasi, koperasi be­nar-benar siap untuk mempertahan­kan bisnis, bahkan melakukan ekspansi hingga ke berbagai belahan dunia.
Kendati tumbuh di tanah komunis yang pekat dengan “campur tangan” pemerintah, koperasi petani China tidak lantas kehilangan nilai dasar (jatidiri) sebagai koperasi, terutama dalam menjalankan misi utama untuk me­ningkatkan kesejahteraan petani yang menjadi anggotanya. Sebagai sekun­der nasional, ACFSMC juga ba­nyak melakukan kerja sama bahkan ban­tuan untuk pengembangan kope­rasi pertanian di negara lain. Pada Mei 2008 lalu, misalnya, ACFSMC menyumbang dana sebesar 20 ribu dolar AS untuk pengembangan koperasi pertanian di Myanmar.

Andalan di Masa Revolusi dan Reformasi
Pergolakan dan pertumbuhan ekonomi China, selalu ditandai dengan peran penting petani. Posisi petani selalu tak tergoyahkan, karena mereka bergabung dalam koperasi.
Sudah sekitar 80 tahun koperasi hadir di tanah China, terutama di lingkungan petani. Selama itu pula, koperasi mengawal petani melewati pergolakan revolusi, hingga reformasi di bidang agragria. Petani China memainkan peran sangat pen­ting, dari dua peristiwa yang sangat menentukan dalam sejarah Republik Rakyat China itu.
Revolusi pertama terjadi pada 1923, setelah perang candu. Gerakan petani menjadi andalan untuk melawan pendudukan Jepang. Setelah Jepang terusir, petani mempunyai kekuatan untuk mendesak peme­rintah agar dilakukan landreform atau pembagian tanah pertanian secara adil. Koperasi sudah berperan dalam proses landreform.
Revolusi kedua, meletus pada 1949, menyusul diproklamirkannya negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT), yang kemudian dikenal de­ngan Republik Rakyat China sampai sekarang., sekaligus menandai dianutnya sistem komunisme secara penuh. Lagi-lagi para petani menjadi tulang punggung, untuk menggu­lingkan kekuasaan borjuis.
Sejalan dengan nasionalisasi pe­rusahaan secara besar-besaran, pe­merintah pun berperan aktif dalam melakukan landreform, yang me­ngarah pada pemilikan kolektif lahan pertanian. Para petani dihimpun kembali dalam koperasi, yang diberi nama Hu-chu-tsu (koperasi suka rela). Koperasi beroperasi dalam kelompok kecil 4 sampai 5 keluarga, ker­jasama dibidang pengumpulan te­naga, tanah, binatang, alat-alat milik perorangan. Dalam periode 1950-1952 anggota koperasi meningkat dari 10,7 persen menjadi 40 persen
Pada 1953, bentuk koperasi dirubah menjadi Agricultural Producers Cooperative (APC) atau Nung-Ych Shen-Ch’an Lo-Tso She (Koperasi Produsen Pertanian). Model kerjanya, tanah dimiliki kolektif, pemilik tanah semula masih menerima deviden sebagai tambahan upah berdasarkan butir kerja (work points). Pada 1956 koperasi model seperti ini baru disahkan. Sampai 1953, jumlah anggota mencapai 15 orang atau hanya 1,2 persen dari jumlah keluarga, kemudian meningkat menjadi 633.000 serta mempertahankan anggota 20-30 rumah tangga.
Model koperasi kemudian diubah lagi menjadi Koperasi Produsen yang Lebih Maju (Kao-Chi/Advance APC`S). Koperasi ini disebut juga Koperasi Maju Tipe Sosialis Penuh. Model kerjanya, progam pertanian 12 tahun, kepemilik­an bersama alat produksi, keuntung­an hanya dari penghasilan berdasarkan butir jam, kerja meliputi subsidi air, perternakan, holtikultura, kebudayaan, dan pelayanan kesehatan, membentuk brigade produksi (Sheng-Ch`an-Tu). Jumlah anggota meningkat menjadi 96 persen.
Pro dan kontra yang kemudian muncul adalah apakah anggota koperasi itu kecil atau besar, semisal anggotanya yang 171 rumah tangga diturunkan menjadi 100 rumah tangga saja. Di sisi lain, APC`S memiliki sumber kelemah­an dalam hal akuntansi, manajemen dan tekhnik.
Sepanjang 1953-1956, meski terjadi gagal penen sehingga menciptakan krisis pangan yang berdampak eksodusnya penduduk desa ke kota serta inflasi, tetapi secara umum sektor pertanian menunjukan kemajuan. Produksi pertanian dan pedesaan naik antara 3,1 persen -7,7 persen, atau rata-rata 4,8 persen pertahun.
Kendati namanya diubah-ubah, namun koperasi yang ada di lingkungan petani sebetulnya masih bersifat semu, terutama karena proses pembentuk­an dan sistem kerjanya benar-benar di­arahkan pemerintah. Ketika itu, perekonomian China secara umum masih memprihatinkan.
Keadaan mulai berubah angin reformasi mulai bertiup, seiring dengan ren­­cana besar pemerintah untuk me­lakukan da yue din, lompatan jauh ke depan. Gerakan ini dimulai dengan upaya-upaya untuk mengentaskan rak­yat dari kemiskinan. Karena seba­gian besar rakyat miskin hidup di sektor pertanian, maka sektor ini men­jadi salah satu prioritas pengembangan.

Sekali lagi, koperasi dijadikan andalan untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, pengelolaan koperasi sudah mulai seperti yang berjalan pada koperasi secara universal, kendati peran pemerintah sangat besar. Kendati pada awalnya koperasi hanya menyalurkan berbagai kebutuhan usaha tani yang disediakan pemerintah, namun secara bertahap koperasi mampu memba­ngun fondasi bisnis.
Setelah menghantarkan China pada swasembada pangan pada era 70-an, koperasi mulai melakukan langkah pemasaran produksi pertanian, hingga namanya menjadi Supply and Marketing Cooperative (SMC). Ketika reformasi di China makin me­ngarah pada terciptakan sistem pa­sar terbuka, koperasi sudah benar-benar siap mengembangkan sayap bisnisnya. Terlebih setelah di tingkat nasional membentuk All-China Fede­ration Supply and Market Cooperative, sebagai koperasi sekunder koperasi pertanian. (Husni Rasyad)



KESIMPULAN :
koperasi petani China yang dipopu­lerkan dalam bahasa Inggris dengan Supply and Marketing Cooperative (SMC). berperan penting dalam melakukan pengadaan untuk semua kebutuhan usaha tani seperti bibit, pupuk, peralatan dan lainnya, serta pemasaran komoditi pertanian yang dihasilkan. Kegiatan tersebut bisa dilakukan secara sangat efisien, karena SMC sudah membentuk jaringan yang sangat luas dan solid.
koperasi petani tersebut mempunyai sekunder bernama All-China Federation of Supply and Marketing Cooperatives (ACFSMC). Dengan memanfaatkan jaringannya, saat ini ACFSMC menguasai lebih dari 60 persen perdagangan pupuk dan pestisida di China. Untuk memaksimalkan jaringan, koperasi ini kemudian melebarkan sayap bisnisnya hingga merambah ke bidang ritel, mulai dari tingkat grosir sampai eceran , ACFSMC kemudian mengalokasikan surplus dari bisnis pertanian dan ritel, de­ngan melakukan ekspansi lebih luas lagi. Industri manufaktur, tektil, perhotelan, pendidikan sampai restoran, menjadi tambahan bidang bisnis selanjutnya
Sudah sekitar 80 tahun koperasi hadir di tanah China, terutama di lingkungan petani. Selama itu pula, koperasi mengawal petani melewati pergolakan revolusi, hingga reformasi di bidang agragria.walau Kendati namanya diubah-ubah, namun koperasi yang ada di lingkungan petani sebetulnya masih bersifat semu, terutama karena proses pembentuk­an dan sistem kerjanya benar-benar di­arahkan pemerintah. Kendati pada awalnya koperasi hanya menyalurkan berbagai kebutuhan usaha tani yang disediakan pemerintah, namun secara bertahap koperasi mampu memba­ngun fondasi bisnis.


Minggu, 15 Oktober 2017

Tugas Softskill Ekonomi Koperasi

Koperasi yang Profesional dan Inovatif Jadi Kunci Kesejahteraan

Liputan6.com, Jakarta Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri mengungkapkan bahwa koperasi dapat menjadi salah satu sarana perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Pernyataan tersebut disampaikan Hanif saat melakukan kunjungan ke Koperasi Telekomunikasi Selular (Kisel) pada Kamis (12/10).
“Tujuan saya ke Kisel ini adalah untuk mencari role model koperasi karyawan atau koperasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB) yang bagus. Nanti kita juga akan melihat koperasi karyawan yang tidak bagus sebagai pembanding” kata Hanif.
Hanif mengatakan pemerintah terus mendorong pendirian koperasi-koperasi yang berada di perusahaan agar dapat berkembang dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan pekerja.
“Kami terus melakukan pembinaan kepada SP/SB mengenai pendirian dan pengelolaan koperasi. Kita juga minta perusahaan-perusahaan turut membantu pendirian koperasi pekerja dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan koperasi. Untuk mengembangkan koperasi Kemnaker terus bekerja sama dengan Kementerian Koperasi,” jelas Hanif.
Kenapa koperasi dipilih sebagai salah satu badan usaha yang bagus, Hanif mengatakan, koperasi merupakan entitas bisnis yang berpihak kepada rakyat. Hanif berharap, kedepannya rekan-rekan pekerja bisa memiliki koperasi yang dikelola seperti Kisel, sifatnya profesional dan inovatif, sehingga bisa bersaing.
Dari hasil pertemuan dengan pengurus Kisel, Hanif menjelaskan, Kisel adalah salah satu koperasi karyawan yang bagus. Aset Kisel saat ini sudah diatas 1 triliun, sementara revenuenya sekitar 6,2 triliun per tahun.
Hanif menambahkan, saat ini perkembangan teknologi sangat cepat sehingga skema transformasi di koperasi juga harus menyesuaikan dengan cepat. Supaya bisa berjalan dengan baik, maka koperasi karyawan harus berjalan sejalan dengan manajemen perusahaan. “Koperasi tidak boleh berseberangan dengan manajemen,” tuturnya.
Hanif mengatakan agar dapat berkembang,  koperasi pekerja perlu melakukan pengaturan dalam manajemen keanggotaan dan pengurus koperasi, manajemen pengembangan usaha, manajemen keuangan dan permodalan serta manajemen pemasaran.
Keberadaan koperasi pekerja, lanjutnya,  sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi pekerja terutama untuk keadaan mendesak seperti kegiatan simpan pinjam untuk keperluan biaya masuk sekolah, keluarga sakit atau kepentingan lainnya.
“Bahkan jika modal  sudah cukup kuat, pihak koperasi bisa memberikan bantuan pinjaman modal bagi pekerja di perusahaan-perusahaan untuk membuka usaha dagang ataupun modal berwirausaha,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Kisel Tubagus Daniel Azhari menjelaskan, supaya pendirian koperasi bisa berhasil kuncinya terletak pada sumber daya manusianya.
“Hal yang paling mendasar adalah sumber daya manusianya. Ini yang akan menggerakkan bisnis. Oleh karena itu, pola rekrutmennya harus jelas, sesuai proses yang berlaku,” ujar Tubagus.
Untuk diketahui, Kisel menduduki peringkat ke-128 Koperasi Dunia versi International Cooperative Alliance (ICA) Tahun 2014 dan dinobatkan sebagai Koperasi Karyawan Terbesar di Indonesia versi Majalah Peluang Tahun 2015.
Sumber            : http://news.liputan6.com/read/3126425/koperasi-yang-profesional-dan-inovatif-jadi-kunci-kesejahteraan
Judul               :
Koperasi yang Profesional dan Inovatif Jadi Kunci Kesejahteraan
Penerbit           : Liputan6
Tanggal terbit  : 12 Okt 2017

Analisis

           
Artikel yang saya akan bahas ini tentang “koperasi yang Propesional dan Inovatif jadi kunci Kesejahteraan”. melakukan pembinaan koperasi kepada Serikat Pekerja / Serikat Buruh (SP/SB) mengenai pendirian dan pengelolaan koperasi pada perusahaan sangatlah penting. Karena koperasi dipilih sebagai salah satu badan usaha yang bagus dan merupakan entitas bisnis yang berpihak kepada rakyat kedepannya, rekan-rekan pekerja bisa memiliki koperasi sifatnya profesional dan inovatif, sehingga bisa bersaing.
saat ini perkembangan teknologi sangat cepat sehingga skema transformasi di koperasi juga harus menyesuaikan dengan cepat. Supaya bisa berjalan dengan baik, maka koperasi karyawan harus berjalan sejalan dengan manajemen perusahaan. pekerja perlu melakukan pengaturan dalam manajemen keanggotaan dan pengurus koperasi, manajemen pengembangan usaha, manajemen keuangan dan permodalan serta manajemen pemasaran. kemudian pola rekrutmennya harus jelas sesuai dengan prosedur yang berlaku agar bergeraknya sebuah koperasi, disisi lain pemerintah  juga harus terus mendorong pendirian koperasi-koperasi yang berada di perusahaan agar dapat berkembang dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan pekerja.
bila koperasi berjalan dengan sangat baik, sangat sangat menguntungkan dan bermanfaat bagi pekerja terutama untuk keadaan mendesak seperti kegiatan simpan pinjam untuk keperluan biaya masuk sekolah, keluarga sakit atau kepentingan lainnya. Sumber daya manusia adalah kunci berhasilnya sebuah koperasi yang Profesional dan Inovatif

Jumat, 28 April 2017

Tugas 5



1. PENERAPAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM ERA GLOBALISASI

          Menurut saya,  tentu saja perdagangan internasional justru harus diterapkan dalam era globalisasi. Terlebih lagi semakin majunya era globalisasi maka teknologi dan informasi makin meningkat. Bagi negara maju, tentulah mereka dapat mengikuti perkembangan zaman. Namun berbeda dengan negara yang masih berkembang yang juga menginginkan kemajuan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, maka harus diadakan hubungan Internasional salah satunya dengan mengadakan perdagangan Internasional. Dimana tingkat Teknologi juga menjadi salah satu faktor pendorng terjadinya perdagangan Internasional. 
   Selain itu didalam era globalisasi teori perdagangan internasional masih sangat dibutuhkan karena di era globalisasi atau kebebasan, dimana setiap Negara didalam melakukan perdagangan tidak lagi dibatasi oleh batas teritori. Maka kita dituntut untuk mampu berkompetisi dan berinovasi agar dapat bertahan dan tidak terpuruk dalam eraglobalisasi.

2. MATA UANG DOLAR ($) MENJADI STANDAR PEMBAYARAN INTERNASIONAL

    Dimulai dari perjanjian Bretton Woods setelah Perang Dunia 2 yang efeknya masih terasa hingga sekarang; perjanjian untuk menggunakan emas sebagai standar global nilai mata uang. Pada saat itu keadaan ekonomi negara-negara dunia, kecuali Amerika Serikat, hancur karena perang. Ini menyebabkan mereka bergantung pada pinjaman yang diberikan oleh Amerika. Pinjaman ini diberikan dalam bentuk Dollar Amerika. Sebagai jaminan, Amerika menerima emas yang dimiliki negara-negara ini. Hasilnya, Amerika otomatis menguasai seluruh emas di dunia dan jadinya hanya Dollar Amerika yang nilainya disokong oleh emas. Secara praktis, ini berarti Dollar Amerika telah menggantikan emas sebagai sumber likuiditas perekonomian dunia dan menjadi basis sistem keuangan dunia. Implikasinya, setiap negara membangun cadangan devisa dalam bentuk Dollar Amerika; cadangan Dollar diperlukan agar mata uang negara yanbersangkutan dapat ditukarkan dengan Dollar atau emas. Pada saat ini lah mata uang Amerika itu menjadi mata uang internasional.

3. EURO DAPAT MENGGANTIKAN POSISI DOLAR DALAM PEMBAYARAN INTERNASIONAL 

   Tidak semua mata uang yang kuat dapat menjadi mata uang internasional. Untuk menjadi mata uang internasional dibutuhkan pemilik yang kuat, dalam hal ini negara yang kuat. Menjadi mata uang yang kuat bukan berarti mampu untuk menjadi mata uang internasional.
 Ini disebabkan karena negara yang memiliki mata uang itu belum tentu memiliki kestabilan ekonomi dan politik yang baik. Padahal untuk menjadi mata uang internasional, dibutuhkan negara dengan keadaan ekonomi maupun politik yang stabil, karena sebagai mata uang internasional dibutuhkan kepercayaan dari dunia agar dunia menggunakannya. Jika euro dapat menggantikan posisi Dolar maka hal-hal tersebut harus diperhatikan.

4. PROSPEK RUPIAH DAPAT MENDUNI
Mata uang Indonesia adalah rupiah.Pada tahun 1998 rupiah menguat hingga 28% terhadap Dolar AS. Rupiah bahkan pernah diperdagangkan bebas di pasar bursa asing dengan tingkat niai tukar yang menguat. Rupiah bisa menjadi mata uang dunia jika terdapat peningkatan dan kestabilan kesejahteraan ekonomi dengan di dukung adanya kemajuan dari negara serta SDM. Semua itu bisa terjadi pula jika mendapat dukungan dan kepercayan dari negara lain.